Rich Dad , Poor Dad sebuah buku karya agung pakar kebebasan finansial Robert T Kiyosaki, memberikan inspirasi jutaan orang di muka bumi ini. Maklumlah, buku yang ditulis orang hawaii Amerika serikat keturunan jepang ini , membeberkan rahasia orang kaya dalam mencari uang, termasuk mendidik anaknya. Padahal si orang kaya itu bukan orang akademis yang punya sederet gelar. Kondisi tersebut sangat kontras dengan ' si intelektual ' digambarkan sebagai ayahnya kiyosaki, yang selalu terbelit masalah finansial. Kiyosaki, demikian pengakuan dalam bukunya, selalu dituntut pintar, nilai ijasahnya tinggi , sehingga dapat bekerja di perusahaan terkemuka dengan gaji yang menggiurkan. Sedang si ayah kaya , menilai sekolah hanya melahirkan orang cerdik, tapi tidak melek finansial. Bahkan menjadi persoalan serius.
Makanya , si ayah kaya mendidik Kiyosaki langsung pada kehidupan yang nyata. Inilah proses pembelajaran yang sebenarnya. Umpama dalam kerja, bukan melulu mencari uang. Melainkan belajar dan belajar, hingga pada akhirnya bisa masuk ke kuadran kanan, sebuah kuadran yang dihuni oleh orang orang kaya. Di kuadran ini mereka bukan bekerja untuk uang. Melainkan uang yang bekerja buat mereka.
Tak hanya itu perbedaan mereka. Dalam hal kebiasaan, si ayah kaya dan si ayah miskin pun sangat kontras. Misalnya si ayah miskin selalu mengatakan, ' saya tidak bisa membelinya ' si ayah kaya, melarangnya menggunakan kata kata itu, diganti menjadi ' bagaimana saya bisa membelinya ?
Ternyata, pemilihan kata yang tepat, bisa memberikan rangsangan kepada otak. Bila kalimatnya keputusan seperti ' saya tidak dapat membelinya ' otomatis membuat otak tidak bekerja. Dia diam disitu. Tapi , bila mengandung pertanyaan, mengundang otak bekerja, berpikir bagaimana untuk memenuhinnya. Ada semacam rangsangan kreatifitas, yang membuat anda terus berjuang untuk mewujudkannya.
Majalah Wealth Building, dalam sebuah artikelnya, mencantumkan list kalimat yang berupa keputusan yang nyaris menjadi 'budaya' diganti sebuah pertanyaan. Ini semua demi membangun pemikiran kemakmuran dalam setiap pribadi. Rubah kebiasaan-kebiasaan kalimat yang membuat otak tidak bekerja , menggantinya dengan kalimat tanya. Ini adalah awal membangun berpikir makmur.
0 comments